Menjadi seorang ibu memang tidak mudah. Banyak sekali hal yang harus dipelajari dan dilakukan oleh seorang wanita begitu ia menyandang status sebagai seorang ibu. Bahkan sejak awal menikah pun seorang wanita yang sudah dipersunting oleh seorang pria sudah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu yang baik.
Begitu melahirkan, hadirlah karunia Tuhan di sisinya. Di saat yang sama, kewajibannya pun bertambah. Tak hanya satu, tapi seabrek. Mulai dari menyusui anak, mengganti popoknya, menenangkannya ketika si bayi menangis, dan tugas-tugas lain yang semakin banyak seiring waktu berjalan.
Namun, tak jarang suara-suara sumbang didengar oleh ibu yang baru memiliki bayi. Misalnya seperti ada yang menyepelekan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu, yang mirisnya dilakukan oleh ibu yang lain.
Ketika bayinya berukuran lebih kecil dibandingkan bayi yang lain, ibu yang akan disalahkan. Ketika ASI-nya tidak lancar dan membuat bayi menangis, ibu pula yang harus menanggung tudingan. Bahkan ketika tubuh ibu tidak lekas menjadi langsing seperti sebelum hamil pun ia yang lagi-lagi harus memikul semua kesilapan.
Kondisi itu disebut sebagai mom shaming. Mom shaming dilakukan dengan cara mengkritik seorang ibu karena cara atau keputusan yang diambil dalam mengasuh anak-anaknya. Ini dapat terjadi di berbagai situasi, termasuk di media sosial, di tempat kerja, atau dalam lingkungan keluarga, tetangga, atau teman. Mom shaming dapat mencakup berbagai hal, seperti pilihan asuh anak, gaya hidup, atau penampilan fisik.
Beberapa contoh mom shamming adalah ibu yang dikritik karena bekerja, ibu yang dikritik karena menyusui di tempat umum, ibu yang dikritik karena memilih metode pendidikan yang berbeda, dan masih banyak lagi.
Mom shaming merupakan tindakan yang tidak baik karena dapat menyebabkan rasa tidak percaya diri, depresi, dan rasa bersalah pada ibu yang dikritik. Seharusnya setiap ibu dihormati dan didukung dalam pilihan dan keputusan yang diambil dalam mengasuh anak-anak mereka.
Khusus untuk para new moms atau ibu baru di luar sana yang kerap menjadi sasaran mom shaming, ada beberapa tips yang dapat dilakukan nih untuk menanggapi orang-orang yang nyinyir pada ibu baru melahirkan seperti Bunda.
1. Jangan terlalu memperhatikan komentar negatif
Ingatlah bahwa komentar negatif yang dilontarkan orang mungkin didasarkan pada kekhawatiran atau kecurigaan yang tidak berdasar. Ada pula yang nyinyir karena iri pada Bunda dan bayi. Mungkin saja orang-orang yang menyebarluaskan komentar negatif sering kali memiliki masalah pribadi yang mendorong mereka untuk bersikap jahat seperti itu. Jadi, biarkan saja mereka. Jangan terlalu memperhatikan komentar negatif dan fokus pada perawatan diri dan bayi Anda.
2. Jangan balas dengan emosi
Jangan terprovokasi oleh komentar negatif orang lain atau membalasnya dengan emosi. Ini hanya akan memperburuk situasi dan menyebabkan pertengkaran yang tidak perlu. Ingatlah bahwa mereka mungkin tidak menyadari dampak komentarnya dan Bunda dapat mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih baik dengan tetap tenang.
3. Jangan berhenti berkomunikasi
Jangan berhenti berkomunikasi dengan orang-orang yang nyinyir pada Bunda. Memang, sih, omongan mereka nylekit. Namun, buktikan bahwa Bunda kuat dan tegar. Memutuskan komunikasi atau silaturahmi bisa berdampak buruk, lho. Oleh karena itu, pertahankan terus interaksi dengan cara yang sopan dan santun.
4. Jangan merasa malu atau tidak berhak
Jangan merasa malu atau tidak berhak untuk mengatakan tidak pada tetangga yang menyakiti perasaan Bunda. Ingatlah bahwa Bunda memiliki hak untuk merasa nyaman dan aman di rumah Bunda. Jika tetangga Anda terus-menerus menyebarluaskan komentar negatif, cobalah untuk berbicara dengan mereka secara damai dan berusaha untuk mengerti alasan mereka.
5. Jangan ragu untuk mencari bantuan orang-orang di sekitar
Jika Bunda merasa komentar negatif tetangga mulai tak terkendali dan memengaruhi suasana hati, jangan ragu untuk bercerita pada orang-orang terdekat, seperti suami atau keluarga. Ada banyak sumber bantuan yang tersedia dan Bunda tidak harus mengatasi masalah ini sendiri.
6. Maafkan jika memang komentarnya tidak kelewat batas
Beberapa orang mungkin ingin menunjukkan perhatiannya pada Bunda yang baru mulai memulai lembaran baru sebagai seorang ibu. Namun, mungkin cara mereka menyampaikannya tidak sesuai dengan harapan Bunda. Jika niat mereka baik, Bunda bisa memaafkan mereka. Saring komentar-komentar tersebut, pilih yang baik dan buang yang buruk.
Ingatlah bahwa Anda tidak perlu mendapatkan persetujuan atau dukungan dari siapapun untuk menjadi ibu yang baik. Bundalah yang bertanggung jawab sekaligus berhak merawat bayi Bunda. Fokuslah pada perawatan dan kasih sayang pada si jabang bayi. Itu yang terpenting.
Jangan biarkan Bunda terpuruk ketika mendengar nyinyiran, komentar negatif, atau mom shaming dalam bentuk apapun. Ingatlah bahwa Bunda sebagai ibu baru sudah memiliki tanggung jawab yang cukup besar, sehingga jangan biarkan komentar negatif tetangga menambah beban pikiran. Fokus pada perawatan diri dan bayi serta jangan ragu untuk meminta bantuan keluarga jika diperlukan. (*NAFF/Freepik)