Sebagai orang Indonesia, kita patut bersyukur karena kita tinggal di negara tropis. Berada di wilayah tropis membuat kita mendapatkan sinar matahari sepanjang waktu. Kita bisa berjemur untuk mendapatkan vitamin D setiap hari yang membantu tulang kita untuk bisa tumbuh sehat. Menjemur pakaian, produksi ikan asin dan makanan kering, serta produksi kristal garam dapat tuntas juga berkat sinar matahari.
Kondisi ini berbeda sekali dengan kawan-kawan kita di negara subtropis bahkan kutub. Ada beberapa waktu ketika mereka tidak bisa mendapatkan cahaya matahari sedikit pun. Baru-baru ini, sebuah kota bernama Barrow di Alaska dikabarkan sedang mengalami kegelapan total selama 67 hari. Dimulai dari tanggal 18 November hingga 23 Januari, penduduk di sana tidak akan mendapatkan cahaya matahari sedikit pun.
Namun, sinar matahari juga perlu diwaspadai. Meskipun bersinar dari pagi sampai petang, ada waktu di mana sinar matahari sebaiknya jangan sampai mengenai kulit. Sebelum itu, mari berkenalan dulu dengan yang namanya sinar ultraviolet atau sinar UV.
Sinar UV: Kadang Baik, Kadang Jahat
Sinar UV matahari berasal dari radiasi yang dikeluarkan oleh matahari. Sinar ini termasuk jenis radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh matahari. Sinar UV memiliki panjang gelombang yang lebih pendek daripada sinar visible (cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia) dan lebih panjang daripada sinar X.
Sinar UV dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu UVA, UVB, dan UVC. UVA memiliki panjang gelombang terpanjang dan dapat menembus kulit, sementara UVB memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dan dapat menyebabkan kerusakan kulit. UVC memiliki panjang gelombang yang paling pendek dan tidak dapat menembus atmosfer Bumi, sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Sinar UV juga memiliki manfaat kesehatan, seperti dalam produksi vitamin D di kulit dan tulang serta dapat meningkatkan imunitas tubuh. Oleh karena itu pada masa pandemi Covid-19, banyak orang berbondong-bondong menyempatkan diri untuk berjemur di bawah sinar matahari pada waktu-waktu tertentu.
Perlu diketahui bahwa sinar UV memiliki jangka waktu. Ada waktu di mana sinar UV sedang “baik”, yaitu bermanfaat bagi tubuh manusia. Namun ada pula momen ketika sinar UV tersebut berubah menjadi “jahat” yang dapat membawa banyak kerugian bagi kesehatan tubuh kita.
Waktu Terbaik Berjemur
Waktu terbaik untuk berjemur berbeda-beda di setiap negara. Sebab, tiap negara memilki iklim yang bervariasi. Namun, secara umum waktu yang paling tepat untuk memperoleh vitamin D dari sinar matahari di Indonesia adalah mulai pukul 10 pagi hingga 3 sore. Itulah menurut artikel yang diunggah oleh HelloSehat dan ditinjau oleh dr. Patricia Lukas Goentoro. Selain jam-jam tersebut, paparan sinar UV-nya cukup kuat yang dapat memicu risiko penyakit kulit.
Lantas, apa saja risiko yang ditimbulkan dari paparan sinar UV berlebih pada kesehatan kulit dan tubuh?
Risiko Paparan Berlebih Sinar UV
Sinar ultraviolet (UV) dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel kulit, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Sinar UV juga dapat menyebabkan iritasi mata dan katarak jika terpapar dalam jangka waktu yang lama.
Risiko-risiko tadi perlu kita hindari sehingga penting untuk menghindari paparan yang berlebihan. Saat berada di bawah paparan sinar matahari di saat yang “jahat”, ambillah tindakan yang diperlukan untuk melindungi kulit dan mata dari kerusakan. Gunakan perlindungan seperti topi, kacamata hitam, dan sunscreen yang memiliki SPF yang cukup tinggi.
Namun, menimbang kebutuhan manusia akan produksi vitamin D, kita harus bisa mendapatkannya dengan cara yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat dalam terpapar sinar UV, seperti menghindari terlalu banyak paparan pada jam-jam terik siang hari dan menggunakan pelindung matahari. (*NAFF/Freepik)