Dunia pertemanan di kalangan anak-anak tidak seperti dulu. Kini, anak-anak tidak lagi bermain di halaman rumah bersama teman-teman sepermainannya. Banyak anak-anak yang sudah dibekali dengan gadget oleh orang tuanya. Dampaknya, anak-anak jadi lebih pandai dalam menerima dan mengoperasikan produk teknologi. Namun, ada juga sisi buruknya. Negatifnya, anak-anak jadi secara mengadopsi hal-hal yang mereka lihat dari internet secara mentah-mentah, salah satunya bullying.
Bullying, penindasan, perisakan, atau perundungan adalah perlakuan yang tidak baik dan disengaja yang dilakukan oleh satu atau lebih individu terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, atau sosial, dan dapat terjadi di sekolah, di rumah, atau di lingkungan lainnya. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti atau menyakiti korban, dan dapat menyebabkan konsekuensi fisik dan emosional yang serius bagi korban.
Jenis-jenis Bullying
Ada beberapa jenis bullying yang dapat terjadi dan melibatkan anak-anak. Berikut ini jenis-jenisnya.
1. Fisik
Meliputi tindakan fisik seperti memukul, mendorong, atau menganiaya secara fisik. Dampak bullying ini tampak secara kasat mata, seperti berupa luka, lebam, dan lecet.
2. Verbal
Meliputi tindakan verbal seperti mengejek, menghina, atau mengancam. Memberi nama julukan, seperti “Si Gendut”, “Si Bodoh”, dll juga merupakan bentuk bullying verbal.
3. Sosial
Merupakan tindakan pengucilan yang ditujukan untuk mengasingkan seseorang dari kelompok sosial, seperti mengejek, mengabaikan, atau menyebarkan fitnah. Mengintimidasi dan menghancurkan kepercayaan juga termasuk bullying sosial.
4. Cyberbullying
Meliputi tindakan bullying yang dilakukan melalui media sosial, teks, atau internet. Bunda harus peka dan bertindak ketika menemukan pelaku yang melakukan cyberbullying, seperti membalas postingan korban dengan hinaan, mengancam korban melalui WhatsApp, dan mencaci maki korban di sebuah grup media sosial.
5. Bullying seksual
Meliputi tindakan yang menyentuh, menyentuh, atau mengancam secara seksual. Anak perempuan jauh lebih sering jadi korban dibandingkan anak laki-laki. Namun, anak laki-laki juga bisa saja mengalami bullying seksual. Wujud penindasan ini berupa memanggil nama secara seksual, menyentuh dan melakukan gerakan vulgar, dan mengirim gambar atau materi pornografi.
Ciri-Ciri Anak Menjadi Korban Bullying
Setelah mengetahui definisi dan jenis-jenis bullying, kini saatnya Bunda mengetahui karakteristik anak-anak yang sedang menjadi korban perundungan. Bunda harus peka terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak, sebagaimana berikut ini.
1. Perubahan dalam perilaku, seperti menjadi cemas, tidak percaya diri, atau tidak nyaman di sekolah.
2. Menjadi sangat sensitif terhadap kritik atau gangguan.
3. Menjadi tidak sehat secara fisik atau emosional, seperti mengalami masalah tidur, masalah makan, sakit kepala, atau depresi.
4. Menjadi kurang produktif di sekolah atau aktivitas lainnya, seperti mengalami kesulitan dalam belajar atau menurunya prestasi akademis.
5. Menjadi cepat marah atau menangis.
6. Menjadi menarik diri dari aktivitas sosial atau mencoba untuk menghindari tempat tertentu, seperti sekolah atau kelas.
7. Menjadi kurang bersemangat atau tidak tertarik dengan hal-hal yang dulunya menyenangkan.
8. Menunjukkan tanda-tanda fisik seperti luka atau bekas pukulan yang tidak dapat dijelaskan.
Peran Ayah dan Bunda Saat Anak Jadi Korban Bullying
Setiap anak mungkin menunjukkan respons berbeda terhadap tindakan bullying. Ada yang langsung memberitahu orang tua atau gurunya, tapi ada juga yang menutup-nutupinya karena takut akan ancaman pelaku.
Jika Bunda menjumpai ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendampingi anak yang menjadi korban bullying.
1. Menjadi pendengar yang baik dan mendukung anak mereka untuk berbicara tentang masalah yang dihadapinya. Dengarkan anak dengan saksama dan berikan dukungan emosional. Jangan menyalahkan anak karena menjadi korban bullying.
2. Bantu anak untuk terbuka dan mengekspresikan perasaannya. Berikan dorongan untuk berbicara tentang masalah yang dihadapinya.
3. Ajarkan anak untuk menemukan cara untuk mengatasi situasi serupa, seperti berbicara dengan guru atau orangtua.
4. Dampingi anak untuk mengembangkan keyakinan diri dan kemampuan untuk mengatasi masalah.
5. Bantu anak untuk menemukan kelompok teman yang positif dan dukung anak untuk bergabung dengan kelompok pertemanan yang lebih baik.
6. Dukung anak untuk menemukan hobi atau kegiatan yang menyenangkan sebagai bentuk pemulihan dari bullying.
7. Melakukan monitoring dan pendampingan pada anak, agar dapat cepat mengetahui jika anak mengalami masalah dalam bentuk bullying.
8. Jika tindakan bullying sudah melewati batas, bantu anak untuk mengambil tindakan hukum dengan cara berkoordinasi dengan sekolah atau pihak berwenang untuk mengambil tindakan.
9. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Orang tua memegang peran penting dalam mendukung anak yang menjadi korban bullying. Secara umum orang tua harus memberikan dukungan emosional dan dukungan untuk mengatasi masalah secara efektif. Jangan lupa untuk memberikan perhatian dan cinta pada anak. (*NAFF/Freepik)